Sunday, March 20, 2011

askep otitis media akut (OMA)

I. Pengertian
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).
Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani.
II. Penyebab / Etiologi
A Streptococcus.
A Stapilococcus.
A Diplococcus pneumonie.
A Hemopilus influens.
A Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus.
A Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.
A Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.
I. Diagnosis
1. Anamnesis
- Otorea terus menerus / kumat – kumatan lebih dari 6 – 8 minggu
- Pendengaran menurun (Tuli).
2. Pemeriksaan
b) Tipe tubotimpanal (Hipertrofi, benigna).(382.1).
a) Perforasi sentral
b) Mukosa menebal
c) Audiogram: Tuli konduktif dengan “air bone gab” sebesar kl 30 dB
d) X – foto mastoid : Sklerotik.
c) Tipe degeneratif (382.1).
a) Perforasi sentral besar
b) Granulasi atau polip pada mukosa kavum timpani
c) Audiogram : tuli konduktif/campuran dengan penurunan 50 – 60 dB
d) X-foto mastoid : sklerotik.
d) Tipe metaplastik (atikoantral, maligna). (385.3)
a) Perforasi atik atau marginal
b) Terdapat kolesteatom
c) Desttruksi tulang pada margotimpani
d) Audiogram : tuli konduktif / campuran dengan penurunan 60 dB atau lebih.
e) X- foto mastoid : sklerotik/rongga.
e) Tipe campuran (degeneratif, metaplastik). (385.3)
a) Perforasi marginal besar atau total
b) Granulasi dan kolesteatom
c) Audiogram : tuli konuktif / campuran dengan penurunan 60 dB atau lebih
d) X- foto mastoid : sklerotik / rongga.
3. Pemeriksaan tambahan : Pembuatan audiogram dan X- foto mastoid (seperti diatas).
II. Penyulitan
1. Abses retro airkula (383.0)
2. Paresis atau paralisis syaraf fasialis (351)
3. Komplikasi intrakranial :
- Meningitis
- Abses ekstradural
- Abses otak
III. Terapi
1. Tipe tubetimpanal stadium aktif:
- Anti biotik : Ampisilin / Amoksilin, (3-4 X 500 mg oral) atau klidomisin (3 X 150 – 300 mg oral) Per hari selama 5 –7 hari
- Pengobatan sumber infeksi di rongga hidung dan sekitarnya
- Perawatan lokal dengan perhidoral 3% dan tetes telinga (Klora menikol 1- 2%)
- Pengobatan alergi bila ada latar belakang alergi
Pada stadium tenang (kering) di lakukan miringoplastik. ICOPIM (5. 194).
2. Tipe degeneratif :
- Atikoantrotomi (5.203)
- Timpanoplastik (5.195).
3. Tipe meta plastik / campuran
- Mastoidektomi radikal (5.203)
- Mastoidektomi radikal dan rekonstruksi.
Untuk OMK dengan penyulit :
Abses retroaurikuler
1. Insisi abses
2. Antibiotik : Penisilin Prokain 2 X 0,6-1,2 juta IU i.m / hari dan metronidazol X 250 – 500mg oral / sup / hari.
3. Mastoid dektomi radikal urgen.
Paresis atau paralisis syaraf fasialis
1. Menentukan lokasi lesi :
- Dengan test Scrimer ® supra atau infra ganglion
- Refleks stapedeus : Positif : ® lesi di bawah N. Stapedeus
Negatif : ® lesi di atasnya
- Tes pengecapan pada lidah :
Positif : ® lesi di bawah korda timpani
Negatif : ® lesi di atasnya
2. Mastoidektomi urgen dan dekompresi saraf fasialis
3. Rehabilitasi.
Labiringitis
1. Tes fistel
2. Mastoidektomi urgen.
Meningitis
1. Perawatan bersama dengan bagian syaraf
2. Antibiotik:
- ampicilin 6 x 2-3 g/ hari i.v di tambah
- Kloranfenikol 4 x 1 G atau seftriakson 1 –2 g / hari i.v
3. Bila meningitis sudah tenang segera di lakukan mastoidektomi radikal.
Absese ekstradural
1. Antibiotik : Ampisilin 4-6 X 2-3 gram/hari i.v
2. ditambah metronodazol 3 X 500mg Sup / hari.
3. Perawatan bersama dengan bagian bedah syaraf
4. Drainase abses oleh bagian bedah syaraf
5. Bila suadh tenang dilakukan matoiddektomi radikal

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. Pengumpulan data
1. Riwayat
a) Identitas Pasien
b) Riwayat adanya kelainan nyeri
c) Riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang
d) Riwayat alergi.
e) OMA berkurang.
2. Pengkajian Fisik
a) Nyeri telinga
b) Perasaan penuh dan penurunan pendengaran
c) Suhu Meningkat
d) Malaise
e) Nausea Vomiting
f) Vertigo
g) Ortore
h) Pemeriksaan dengan otoskop tentang stadium.
3. Pengkajian Psikososial
a) Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
b) Aktifitas terbatas
c) Takut menghadapi tindakan pembedahan.
4. Pemeriksaan Laboratorium.
5. pemeriksaan Diagnostik
a) Tes Audiometri : AC menurun
b) X ray : terhadap kondisi patologi
Misal : Cholesteatoma, kekaburan mastoid.
6. Pemeriksaan pendengaran
a) Tes suara bisikan
b) Tes garputala
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
2. Gangguan sensori / presepsi berhubungan dengan kerusakan pada telinga tengah
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
5. Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otore menurun ingaran
6. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan gangguan presepsi pendengaran
7. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Memberikan rasa nyaman
Mengurangi rasa nyreri
Ø Beri aspirin/analgesik sesuai instruki
Ø Kompres dingin di sekitar area telinga
Ø Atur posisi
Ø Beri sedatif sesuai indikasi
Mencegah penyebaran infeksi
Ø Ganti balutan tiap hari sesuai keadaan
Ø Observasi tanda – tanda infeksi lokal
Ø Ajarkan klien tentang pengobatan
Ø Amati penyebaran infeksi pada otak :
To, menggigil, kaku kuduk.
Monitor gangguan sesori
Ø Catat status pendengaran
Ø Ingatkan klien bahwa vertigo dan nausea dapat terjadi setelah radikal mastoidectomi karena gangguan telinga dalam. Berikan tindakan pengamanan.
Ø Perhatikan droping wajah unilateral atau mati rasa karena perlukaan (injuri) saraf wajah.
H.E
Ø Ajarkan klien mengganti balutan dan menggunakan antibiotik secara kontinu sesuai aturan
Ø Beritahu komplikasi yang mungkin terjadi dan bagaimana melaporkannya
Ø Tekankan hal – hal yang penting yang perlu di follow up,evaluasi pendengaran
Terapi medik
Ø Antibiotik dan tetes telinga : Steroid
Ø Pengeluaran debris dan drainase pus untuk melindungi jaringan dari kerusakan : miringotomy
Interfensi bedah
Ø Indikasi jika terdapat chaolesteatoma
Ø Indikasi jika terjadi nyeri, vertigo,paralise wajah, kaku kuduk, (gejala awal meningitis atau obses otak)
Ø Tipe prosedur
§ Simpel mastoid decstomi
§ Radical mastoiddectomi
§ Posteronterior mastoiddectomi

DAFTAR PUSTAKA
Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB Sauders.
Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan
Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI : Jakarta.



Otitis Media Akut (OMA)

Pengertian

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).

Yang paling sering terlihat ialah :
  1. Otitis media viral akut
  2. Otitis media bakterial akut
  3. Otitis media nekrotik akut


Etiologi

Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.


Patofisiologi

Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.

Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.


Pemeriksaan Penunjang
  1. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.

  1. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab.

Download Askep OMA Gratis :
dan


Asuhan Keperawatan Pasien Otitis Media Akut (OMA)


Pengkajian

Data yang muncul saat pengkajian :
  • Sakit telinga/nyeri
  • Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
  • Tinitus
  • Perasaan penuh pada telinga
  • Suara bergema dari suara sendiri
  • Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
  • Vertigo, pusing, gatal pada telinga
  • Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
  • Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
  • Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam
  • Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat
  • Reflek kejut
  • Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
  • Tipe warna 2 jumlah cairan
  • Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
  • Alergi
  • Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram
  • Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi


Diagnosa Keperawatan yang Muncul
  1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga

  1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan

  1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensori


Intervensi
  1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga

    Tujuan :
    Nyeri berkurang atau hilang

    Intervensi :
    • Beri posisi nyaman ; dengan posisi nyaman dapat mengurangi nyeri.
    • Kompres panas di telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri.
    • Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (edema)
    • Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik

  1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan

    Tujuan :
    Tidak terjadi tanda-tanda infeksi

    Intervensi :
    • Kaji tanda-tanda perluasan infeksi, mastoiditis, vertigo ; untuk mengantisipasi perluasan lebih lanjut.
    • Jaga kebersihan pada daerah liang telinga ; untuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme.
    • Hindari mengeluarkan ingus dengan paksa/terlalu keras (sisi) ; untuk menghindari transfer organisme dari tuba eustacius ke telinga tengah.
    • Kolaborasi pemberian antibiotik.

  1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensori

    Tujuan :
    Tidak terjadi injury atau perlukaan

    Intervensi :
    • Pegangi anak atau dudukkan anak di pangkuan saat makan ; meminimalkan anak agar tidak jatuh
    • Pasang restraint pada sisi tempat tidur ; meminimalkan agar anak tidak jatuh.
    • Jaga anak saat beraktivitas ; meminimalkan agar anak tidak jatuh.
    • Tempatkan perabot teratur ; meminimalkan agar anak tidak terluka.

Daftar Pustaka

1. Donna L. Wong, L.F. Whaley, Nursing Care of Infants and Children, Mosby Year Book.

2. Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi III, FKUI,1997.

3. Wong Whaley, Clinical Manual of Pediatric Nursing, Mosby Year Book.

No comments:

Post a Comment

WAJIB TAHU APLIKASI INFLUENCER TERPERCAYA

 Assalamu'alaikum ,,  Selamat menjalankan Ibadah Puasa bagi kamu yang menjalankan ,,  Oke disclaimer dulu yah : Tulisan ini hanya berdas...